Umkm Terkendala Masalah Logistik


Administrator 05 Januari 2021
Umkm Terkendala Masalah Logistik

Ketua Kadin Kota Bandung Iwa Gartiwa mengatakan pandemi Covid-19 berdampak terhadap masyarakat dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan lapangan kerja bagi lebih dari 90 juta orang atau sekitar 97% tenaga kerja di Indonesia.

Saat ini entrepreneur menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Suatu penelitian menyebutkan sebuah negara dinilai maju apabila 15% dari jumlah penduduknya adalah entrepreneur atau wirausaha.

Iwa menjelaskan Kadin Kota Bandung membentuk Kadinpreneur, Studentpreneur, dan Pensiunprenuer untuk memfasilitasi para pelaku UMKM dalam bentuk konsultasi dan sharing mengenai usaha baik antara pelaku UMKM dan Kadin maupun antar UMKM sendiri.

Kadin Kota Bandung menyelenggarakan acara “Kamis Manis Ngobrol Bisnis” secara rutin agar UMKM mempunyai komunitas dan jejaring serta berdiskusi dan sharing untuk mendapatkan solusi serta saling mendorong dan memasarkan produk UMKM.

Pada acara “Kamis Manis Ngobrol Bisnis” dengan tema “Strategi Ekspor Bagi UMKM di Era Digitalisasi” pada 26 November 2020, Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan pelaku UMKM perlu memahami pengelolaan logistik untuk peningkatan daya saing.

Salah satu masalah dalam inbound logistics adalah ketergantungan terhadap bahan baku yang sebagian besar adalah impor dan volumenya yang kecil. Sementara, masalah outbound logistics terutama proses pengiriman produk terutama tujuan ekspor.

Pelaku UMKM juga menghadapi masalah pengemasan agar produk dapat sampai dalam kondisi yang baik hingga ke konsumen domestik maupun luar negeri.

Setijadi yang juga sebagai CEO Ruang Logistik menyarankan para pelaku UMKM berkolaborasi dalam proses logistiknya agar mencapai ekonomi skala. Kebutuhan konsolidasi ini menjadi peluang dan tantangan bagi perusahaan penyedia jasa logistik.

Pada kesempatan yang sama, Senior Consultant SCI Widia Erlangga menyebutkan kontribusi Industri Kecil Menengah (IKM) mendominasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 57% PDB dan berkontribusi dalam ekspor nasional sebanyak 16%.

Kebutuhan utama IKM adalah permodalan, bahan baku, alat produksi, dan pasar hasil produksi. Sebagian besar bahan baku yang dibutuhkan oleh IKM/UMKM menggunakan bahan baku impor maupun lokal.

Senada dengan Setijadi, Widia yang juga menjabat Sekjen Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Menengah Indonesia (APIKMI) menyatakan IKM/UMKM memerlukan konsolidator untuk kebutuhan bahan baku.

Para pelaku IKM/UMKM juga memerlukan operator yang kompetitif untuk logistik pengiriman hasil produksinya. Para pelaku dapat bekerja sama dengan perusahaan kurir, perusahaan freight forwarding, dan perusahaan konsolidator laut maupun udara